Powered By Blogger
Powered By Blogger

Minggu, 28 Februari 2010

Li-li dan Ibu Martuanya

Dahulu kala di negeri Tiongkok, seorang gadis yang bernama Li-li baru saja menikah dengan seorang pemudah kaya. Li-li kemudian beserta suaminya tinggal bersama dirumah sang mertua. Dalam waktu singkat, ternyata Li-li dan mertuanya tidak ada kecocokan tinggal serumah .karakter mereka sangat jauh berbeda . dan Li-li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari, begitu pula Bulan berganti bulan. Li-li dan ibu mertuanya tak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang makin membuat Li-li kesal adalah adat kuno cina yang mengharuskan ia untuk selalu menunduk kan kepala untuk menghormati mertuanya dan menaati semua kemaunnya. Akhirnya Li-li tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan kelakukan ibu mertunya. Dan ia benar – benar telah bertekad untuk melakukan sesuatu.

Li-li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu Sinse Wang yang Pandai membuat ramuan obat tradisional untuk segala penyakit. Ia menceritakan situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya. Sinshe wang berpikir keras sejenak. Lalu ia berkata, “Li-li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan menaati apa yang saya sarankan.”

Li-li berkata, “ Baikla pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan dan apa yang harus saya perbuat.” Sinshe Wang masuk kedalam , dan tak lama ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. Ia berkata kepada Li-li, “ kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika, untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara berlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya.

Sinshe Wang melanjutkan, “ setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukan sedikit ramuan obat ini kedalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus berhati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengan nya. Jangan berdebat dengan nya, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”

Li-li sangat senang. Ia berterimakasih kepada sinshe Wang dan buru-buru pulang kerumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertunya. Mingu demi Minggu, Bulan demi Bulan pun berlalu. Setiap hari Li-li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah di “sembunyikan”. Ia mengingat semu petunjuk dari sinshe Wang tentang Hal mencegah kecurigaan. Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya, menaati perintah ibu mertuanya, dan memperlakukan seperti ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam rumah itu berubah secara drastis. Li-li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal. Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir, karena ia mendapatkan bahwa ibu mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya. Sikap si Ibu mertua terhadap Li-li telah berubah, dan mulai mencintai Li-li seperti Putrinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak family-nya bahwa Li-li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh.

Suatu hari, Li-li pergi menjumpai Sinshe Wang dan meminta bantuan sekali lagi. Ia berkata, “ pak Wang, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membubunuhnya! , Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya sangat mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan kepadanya.”

Shinse Wang tersenyum. Ia mengangguk-anggukan kepalanya. “Li-li, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada, adalah yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri, dan di dalam sikapmua terhadapnya, tetapi semuana itu telah di sapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya”

Sadarkah sobat bahwa sebagaimana sobat memperlakukan orang lain maka demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan sobat? Sesungguhnya, sobat adalah apa yang sobat perbuat...

Comments :

1

mantab...mudah2 semua menantu sadar seperti lili...dan mertua pun senang

Herry Juliansyah mengatakan...
on